ARTIKEL MAKUL BAHASA INDONESIA
Posted by : Unknown | | Published in
PEMANFAATAN
SASTRA SEBAGAI BAHAN
PEMBELAJARAN DI
INDONESIA
Artikel
Disusun Guna
Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliyah :
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi
Dosen Pengampu
: Eva Ardiana Indrariani, S.S. M.Hum
Disusun Oleh :
M. Fais
Lathiful Anam (
123911120 )
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2014
PEMANFAATAN SASTRA SEBAGAI BAHAN BERBASIS PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI KELAS TINGGI
I.
Latar Belakang
Pendidikan
menjadi salah satu bentuk cerminan keberhasilan sebuah bangsa. Sebuah bangsa
dikatakan maju apabila dari segi pendidikannya mereka telah mampu menciptakan
manusia-manusia yang mampu berpikir maju. Untuk mengatasi masalah yang terjadi
dalam dunia pendidikan, sastra mampu berperan positif.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam dunia pendidikan
dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia yang
mempunyai tujuan untuk menciptakan lulusan yang terbaik dan handal dalam
menghadapi pendidikan yang ada. Ada banya pendapat yang diungkapkan para pakar
ahli pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan, terlebih lagi yang sering
kita dengar adalah meingkatkan mutu pendidikan dengan memberikan fasilitas
sarana dan pra sarana yang memadahi di sekolah. Namun, bukan itu yang menjadi
poin tertinggi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia ini. Banyak
lagi yang musti harus di ketahui dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia
antara lain adalah penggunaan sastra dalam pembelajaran di kelas.
II.
Rumusan Masalah
Bagaimana penggunakan sastra dalam pendidikan di
Indonesia dilaksaakan?
III.
Pembahasan
Sastra menurut Sapardi, (1979: 1), Sastra
adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu
sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan
kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dari pengertian tersebut,
sastra dapat dikatakan sebuah gambaran kehidupan nyata.
Berdasarkan teori objektif, sastra didefinisikan sebagai karya seni yang
otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Sastra itu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang
mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti
“instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”.
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu[1].
Sastra, ilmu yang dikemas dengan menarik.
Ilmu yang dikemas dengan menarik ini diharapkan mampu menarik perhatian siswa.
Dalam hal ini, terutama guru, harus mampu mengenalkan sastra kepada siswa.
Meskipun budaya baca masih rendah, tidak ada salahnya ketika sastra hadir untuk
meningkatkan budaya baca dikalangan siswa. Yang agak biasa adalah pemakaian istilah sastra dan
sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar
teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau
abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai
orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Selain itu dalam arti
kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan
(sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi
dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman
atau pemikiran tertentu.
Sastra sendiri mempunyai genre atau ragam. Secara
garis besar genre tersebut adalah sebagai berikut : 1) Prosa, yaitu sastra yang
berbentuk naratif. 2) Puisi, yaitu karangan yang mementingkan bunyi, bentuk dan
diksi (pilar kata). 3) Drama, yaitu bentuk sastra naratif yang dipentaskan.
Pada pemanfaatan sastra khususnya di dunia pendidikan
ini harus sering digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Hal
ini patut digunakan karena sastra mampu memberikan pemahaman kepada siswa
dengan seimbang dan merata di dalam kelas. Para guru profesional pun sekarang
ini kurang memiliki pengetahuan atau pengalaman yang diperlukan untuk mengajar
siswanya terutama dalam menggunakan sastra bahasa Indonesia[2]. Padahal
pada dunia pendidikan terutama pada proses belajar mengajar di dalam kelas
interaksi antara guru dan siswa ini jelas menggunakan bahasa Indonesia, namun
tidak jarang beberapa guru yang memang sudah betul tahu dalam memberikan materi
ke siswanya menggunakan sastra dalam pembelajaran. Sastra sendiri di pandangan
orang-orang lebih bisa di terapkan di pelajaran bahasa Indonesia. Sebenarnya
tidak demikian, penggunaan sastra dalam pembelajaran juga bisa di gunakan pada
mata pelajaran yang lainnya[3].
Pada observasi
di MI kelas tinggi Darul Ulum kota Semarang beberapa guru sangat terkejut
ketika di sodorkan judul “Pemanfaatan Sastra Sebagai Bahan Berbasis
Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas Tinggi” observasi yang diadakan oleh
mahasiswa PGMI khususnya saya dan teman-teman kelompok saya. Ibu Nur Khomariyah
yang selaku kepala sekolah di MI Darul Ulum pun berkata “Wah... ini judul
observasinya kok tinggi banget yaa mas” ketika mengetahu apa yang akan kami
observasikan di MI Darul Ulum. Berati jelas sangat minim penggunaaan sastra
dalam proses pembelajaran terutamanya di sekolah tingkat MI/SD.
Hasil Pengamatan
Dalam observasinya ketika berada di dalam kelas guru tidak
banyak menggunakan sastra sebagai bahan pembelajaran yang memudahkan siswa
untuk memahami materi. Mungkin karena minimnya pengetahuan guru dalam
pengertian bagaimana cara menggunakan sastra khususnya dalam bahasa Indonesia.
Di sisi lain guru lebih menggunakan bahasa sehari-hari yang memang dianggap
siswa-siswanya mengerti bahasa tersebut dan dianggap lebih mudah untuk
memahaminya. Memang tidak sedikit guru yang berfikiran seperti demikian, tapi
alangkah lebih baiknya jika guru lebih berinovasi menggunakan sastra dlam
pembelajaran yang benar-benar bisa seperti apa yang diharapkan. Karena semakin
guru berani berinovasi dan menciptakan keberhasilan, murit akan menjadi lebih
baik dan unggulan.
Dalam mengetahui bagaimana penggunaan sastra dalam
pembelajaran ini tidak hanya guru saja yang menjadi sorotan, tapi juga para
mahasiswa yang nantinya menjadi guru seperti pada jurusan PGMI dan PGSD. Karena
merekalah yang nantinya menjadi penerus di dalam dunia pendidikan di Indonesia
ini. Para mahasiswa pun juga harus benar-benar megerti bagaimana cara
penggunaan sastra sebagai bahan pembelajara dan mengetahui dengan benar manfaat
apa yang akan di dapat kala pembelajaran di dalam kelas menggunakan sastra.
Masalah dalam pendidikan memang selalu datang dan
pergi seiring dengan perkembangan zaman yang memang perlu adanya perhatian
khusus agar pendidikan terutama di Indonesia tidak tertinggal dengan pendidikan
di luar negri. Guru pun juga perlu mengikuti adanya pelatihan untuk memberika
pengajaran kepada siswanya agar tidak tertinggal[4].
Semua masalah dalam pendidikan ini memang perlu mendapat perhatian khusus.
IV.
Kritik dan Saran
Pada dasarnya pendidikan adalah suatu pekerjaan yang
harus di kerjakan oleh manusia, karena dengan adanya pendidikan kita sudah di
sediakan fasilitas dan tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Maka dari
pada itu adanya guru dan siswa harus benar-benar berinteraksi di dalamnya,
terlebih lagi bagi seorang guru yang merupakan sumber untuk para siswa
mendapatkan ilmu pengetahuan. Alangkah baiknya jika dalam proses belajar
mengajar guru memberikan pemahaman dan pemahaman itu sendiri bisa di serap oleh
para siswanya jika siswa mengerti dengan benar bahasa yang digunakan oleh
gurunya.
Guru hendaknya mengetahui tentang sastra pula untuk
mengajak dan memberikan inovasi baru dalam pendidikan yang nantinya akan
membawa para siswanya menjadi lulusan yang handal dan siap untuk menempuk
pendidikan di tingkat yang lebih tinggi. Tidak hanya guru yang harus mengetahui
tentang sastra, para pelajar terutama mahasiswa yang mempunyai jurusan
pendidikan pun harus turut serta mengerti dan memahami tentang sastra. Karena
mereka inilah yang nantinya akan menggantikan atau menjadi guru kedepannya.
Penggunaan sastra sangatlah penting dalam memberikan fariasi dalam pendidikan
yang tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih terhadap para siswa tetapi
juga mengajak siswa untuk aktif dalam pemelajaran dikelas.
DAFTAR PUSTAKA
Muslich , Masnur. 2010. Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Priyatni , Endah Tri. 2010. Membaca
Sastra dengan Rancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara.
Sembodo , Edy. 2009. Contekan
Pintar Sastra Indonesia. Bandung: Hikmah.
[1] Edy Sembodo, Contekan Pintar Sastra
Indonesia, (Bandung: Hikmah, 2009), hlm 4.
[2] Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Rancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm 20-21.
[3] Edy Sembodo, Contekan Pintar Sastra
Indonesia, (Bandung: Hikmah, 2009), hlm 12-13.
[4] Masnur Muslich, Garis-Garis Besar Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm 7.
Langganan:
Postingan (Atom)