MEMAHAMI
Revisi Makalah
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah : pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits
Dosen pengampu : Drs. Ikhrom, M.Ag
Disusun Oleh :
Ragil Sari Mustikaningrum ( 123911089 )
Siwi Fatmawati ( 123911103 )
M. Fais Lathiful Anam ( 123911120 )
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
WALISONGO SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Al-Qur’an dan hadits adalah warisan terbesar dari nabi
Muhammad SAW. Kita sebagai umatnya, seharusnya senantiasa membaca Al-Qur’an dan
mengingat hadits serta mengkaji makna yang terkandung di dalamnya. Karena jika
kita mengkaji makna yang terkandung di dalamnya, maka kita akan memahami ilmu
pengetahuan yang tersirat dalam Al-Qur’an dan hadits tersebut. Dengan sering
mengkaji makna ayat Al-Qur’an hadits kita dilatih untuk berfikir logis dan
rasional karena Al-Qur’an dan hadits menggunakan bahasa yang indah dan menakjubkan
sehingga sangat diperlukan penafsiran yang lebih dalam lagi agar dapat dipahami
oleh umat islam.
Konsep Al
Tilawah yaitu membaca makna dari ayat-ayat Alllah, mengikutinya, membenarkan
semua beritanya, melaksanakan perintahmya, menjauhi larangannya, mematuhi
seluruh tuntutannya. Terampil dalam mengartikan Al-Qur’an dan Hadits, menjadi
salah satu bagian dari penguasaan yang harus dimiliki peserta didik.
Pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadits yang dimulai sejak usia belia
diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik. Untuk menjembatani itu,
diperlukan upaya yang serius dari guru agar anak didiknya mampu dan terampil
dalam mengartikan Al-Qur’an dan Hadits dengan lancar dan benar.
B.
Rumusan
masalah
1. Apakah Desain pembelajaran
mengartikan Al-Qur’an ?
2. Apakah Desain pembelajaran
mengartikan Hadits ?
3. Bagaimana proses evaluasi
pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadits ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Desain
pembelajaran mengartikan Al-Qur’an
Pembelajaran
mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an merupakan tindak lanjut dari proses
pembelajaran membaca, menulis, dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada saat
murid telah mampu untuk membaca, menulis, dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang telah dipelajari, maka selanjutnya murid dituntut untuk dapat mengartikan
ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. Dengan mampu mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an
menjadi pintu pembuka untuk dapat memahami dan mengamalkan kandungan Al-Qur’an.
Pembelajaran
mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an sangat terkait dengan kemampuan menghafal
peserta didik. Hal ini disebabkan kosa kata-kosa kata dari ayat-ayat Al-Qur’an
menggunakan bahasa Arab kemudian dicarikan padanan katanya dalam bahasa
Indonesia. Sehingga ketika telah diketahui arti kata suatu kata dari ayat-ayat
Al-Qur’an itu maka peserta didik harus menyimpannya dalam memori otaknya.
Sebagaimana yang telah di jelaskan bahwa sistem ingatan manusia dibagi menjadi
tiga bagian yaitu: pertama, sensori memori (sensory
memory); kedua, ingatan jangka pendek (short
term memory): ketiga, ingatan jangka panjang (long term memory)[1].
Berikut
ini model pembelajaran mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an (dalam hal ini adalah
surat Al-Ikhlas) yang dapat dilakukan dalam pembelajaran pada tahap ini, guru
dapat mempergunakan metode :
1.
Mimicry-memorization
Min
adalah singkatan
mimicry atau meniru dan mem adalah memorization atau menghafal (mengingat). Model ini sering disebut Informan – Drill Method.
Ciri khusus menurut metode bahasa ini yaitu latihan
mengungkapkan kosa kata, strukturkalimat dengan menirukan ucapan guru akan
mudah diingat dan terbiasa bagi anak didik, karena langsung didemonstrasikan
oleh anak didik. Metode ini sangat baik bagiorang yang pemula mempelajari
bahasa Arab.
2.
Audiolingual
Metode Audio-Lingual ini merupakan sebuah metode yang
pelaksanaanya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata,
dialog, teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak beljar (dalam hal ini
bahasa Arab secara langsung) tanpa mendatang narrative language.
Dasar prosedur pengajaran dalam metode ini juga banyak
diambil dari metode yang telah ada sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Sebagaimana diketahui, penguapan (pronunciation), susunan serta aspek-aspek lain antaa bahasa asing
dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa
asing (dalam hal ini bahasa Arab) para siswa diharuskan mengucapkan dan atau
membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa
mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.
Pengulang-pengulangan yang dilakukan lama-kelmaan akan
menjadi sebuah kebiasaan (habit).
Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa asing (bahasa Arab), jika hal
tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa akan secara otomatis danrefeleks dapat
melakukannya. Sehingga dalam pelaksanaannya, agar usaha tersebut dapat berjalan
lancer maka diperlukan keseriusan yang baik dar guru maupun siswa.[2]
3.
Drill
and practice (Latihan
dan praktek)
Metode latihan yang disebut juga training, merupakan suatu cara megajar yang baik untuk menanamkan
keniasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai srana untuk memelihara
kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan
untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Sebagai suatau metode yang diakui, banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat
disangka bahwa metode latihan mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu, guru
yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak akan salah bila
memahami karakteristik metode ini.[3]
2. Desain
pembelajaran mengartikan Hadits
Memahami arti hadits merupakan kemampuan yang sangat
baik untuk dikuasai. Dengan mengetahui arti hadits secara harfiah, akan
memudahkan seseorang untuk lebih memahami kandungannya sehingga dengan tulus
mengamalkan kandungan hadits tersebut.
Proses kegiatan pembelajaran mengartikan hadits dapat
mengikuti model kegiatan pembelajaran megartikan Al-Qur’an, sebagaimana yang
telh dijelaskan di muka. Jika dalam kegiatan pembelajaran mengartikan tersebut
menemukan kemampuan mengartikan secara keseluruhan, maka berikut ini adalah
model pembelajaran mengartikan hadits, yang menekankan pada penguasaan makna
dan kosa katanya.
Dalam pembelajaran pada tahap ini, guru dapat
mempergunakan metode domontrasi atau langsung. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru adalah :
1. Merumuskan
tujuan yang hendak dicapai oleh murid setelah proses demontrasi pembelajaran
mengartikan hadits tentang hormat kepada orang tua ini berakhir. Tujuan ini
meliputi beberapa aspek yakni aspek pengetahuan (knowing), aspek pelaksanaan (doing)
dan aspek pembiasaan (being). Dalam
aspek pengetahuan, tujuan yang hendak dicapai murid mengetahui dan memahami
pentingnya kedudukan hadits bagi setiap muslim. Murid jaga mengetahui dan
memahami pentingnya mengartikan hadits, khususnya hadits tentang hormat kepada
orang tua. Aspek pelaksanaan pembelajaran bertujuan agar murid terampil dalam
mengartikan hadits tentang hormat kepada kedua orang tua. Dan dalam aspek
pembiasaan murid telah terbiasa mengartikan hadits tentang hormat kepada kedua
orang tua, seperti jika ada orang yang membaca hadits tentang hormat kepada
orang tua, maka murid jangan reflek, dalam hati dan fikiranya, mengartikan
hadits yang diartikan oleh orang tersebut.
2. Persiapan garis
besar langkah-langkah demontrasi yang akan dilakukan yaitu sebagai panduan
untuk menghindari kegagalan.
3. Memprsiapkan
alat bantu dalam hal ini untuk mencapai tujuan pembelajaran mengartikan hadits
tentang hormat kepada orang tua.
b. Tahap
Pelaksanaan
1. Guru mengadakan
pesepsi pendahuluan dengan memberikan motivasi agar anak didik lebih bergairah
dalam mengikuti belajar mengartikan hadits tentang hormat kepada orang tua.
Dalam hal ini guru dapat melakuakan prates untuk mengetahui kemampuan murid
terhadap materi yang diajarkan.
2. Membagi
lembaran-lembaran kertas kepada kelompok yang telah dibentuk dan kemudian
menunjuk salah satu murid untuk maju dan menempelkan hadits seara berurutan.
Setalah itu mintalah seorang murid untuk maju dan mengartikan hadits tentang
hormat kepada orang tua.
c. Tahap Mengakhiri
Apabila tahap pelaksanaan mengartikan hadits tentang hormat kepada orang
tua telah usai dilakuakan, proses pembelajaran perlu diakhiri. Dalam tujuan
pempelajaran, ini masuk dalam aspek pembiasaan (being). Penugasan dapat berbentuk mengartikan hadits hormat kepada
orang tua di hadapan orang tuanya, dibuktikan dengan lembar hasil penulisan
mengartikan hadits dan kartu penugasan yang ditandatangani oleh orang tua.[4]
3. Proses evaluasi
pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadits
Cara dan bentuk evaluasi proses dan hasil pembelajaran
harus didasarkan pada rumusan indicator yang sudah dirumuskan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
a)
Penilaian Proses
Bentuk
evaluasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses pembelajaran
materi menghafal Al-Qur’an dan hadits adalah dengan teknik unjuk kerja dan
menggunakan daftar penilaian sebagai instrumennya untuk mengetahui seberapa
lancer dan bagus hafalan siswa terhadap Al-Qur’an dan hadits. Contoh penilaian
proses :
Terjemahkan surat
Al-ikhlash berikut ini dengan baik dan benar !
b)
Penilaian Hasil
Bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang tepat
untuk materi ini adalah Tes Obyektif dan Subyektif dengan teknik lisan atau
tulis. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengartikan
Al-Qur’an dan hadits serta sikap mereka setelah menguasai cara mengartikan
Al-Qur’an dan hadits. Oleh karena itu dibutuhkan latihan-latihan yang bias
membantu siswa untuk menguasai materi ini dengan baik.[5]
Contoh penilaian hasil dengan tes tertulis dan lisan :
a.
Tes tertulis
Terjemahkan
hadits tentang hormat
kepada orang tua berikut ini dengan baik dan benar !
|
Terjemahan
:
|
b. Tes lisan
Tes lisan bisa dilakukan
dirumah dengan bantuan orang tuaa/wali murid.
KARTU BUKTI MENGARTIKAN HADITS
|
Nama Siswa :
Tema Hadits :
Saya telah mampu
mengartikan hadits
.............................................................
Pada tanggal
................................
Tanda
tangan
Orang
tua,
.......................
|
C.
Kesimpulan
Pembelajaran
mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an merupakan tindak lanjut dari proses
pembelajaran membaca, menulis, dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada saat
murid telah mampu untuk membaca, menulis, dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang telah dipelajari, maka selanjutnya murid dituntut untuk dapat mengartikan
ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
Berikut
ini model pembelajaran mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an
1.Mimicry-memorization
2.Audiolingual
3.Drill and practice (Latihan dan praktek)
pembelajaran mengartikan
hadits dapat megikuti model kegiatan pembelajarn mengartikan Al-Qur’an.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Tahap persiapan
Merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh murid. Persiapan garis besar
langkah-langkah demontrasi yang akan dilakukan yaitu sebagai panduan untuk
menghindari kegagalan.
b) Tahap
pelaksanaan
Guru mengadakan peresepsi pendahuluan dengan memberikan motivasi agar
anak didik lebih bergairah dalam mengikuti belajar mengartikan hadits. Membagi
lembaran-lembaran kertas kepada kelompok yang telah dibentuk dan kemudian
menunjuk salah satu murid untuk maju dan menempelkan hadits secara berurutan.
Setelah itu mintalah salah seorang murid untuk maju dan mengartikan hadits.
c) Tahap mengakhiri
Setelah tahap pelaksanaan mengartikan hadits selesai dilakukan, proses
pembelajaran perlu diakhiri.
Cara dan
bentuk evaluasi proses dan hasil pembelajaran harus didasarkan pada
a) Penilaian proses
b) Penilaian hasil
D.
Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kritik dan
saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah
yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat nemambah wawasan dan khazanah
pengetahuan kita semua. Aaminn.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
Lutfi, M.Si, 2009, Pembelajaran Al-Qur’an
dan Hadits. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama
RI.
Djamar,
Syaiful Bahari, 2010, Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka.
Jill Kreper
Mora,Second-Language Teaching Method, http://www.edweb.sdsu.edu, diakses pada
tanggal 10 Mei 2014, pukul 14.00 WIB.
http://iemawati.wordpress.com/2014/05/10/desain-evaluasi-bahasa-arab,
pukul 15.00 WIB.
[1] Ahmad
Lutfi, M.Si, Pembelajaran Al-Qur’an &
Hadits,(Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama
RI, 2009) hlm 205.
[2] Jill
Kreper Mora, Second-Language Teaching
Method (http://www.edweb.sdsu.edu,
diakses pada tanggal 10 Mei 2014), pukul 14.00 WIB.
[3] Syaiful
Bahari Djamar, Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif, (Jakarta: Reinka, 2010)
hlm 15-16.
[4] Ahmad
Lutfi, M.Si, Pembelajaran Al-Qur’an &
Hadits, (Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen
Agama RI, 2009) hlm 211-214.
(0) Comments
Leave a Response