DESAIN EVALUASI PEMBELAJARAN MENGARTIKAN AL-QUR’AN DAN HADITS

Posted by : Unknown | Rabu, 12 November 2014 | Published in



MEMAHAMI
Revisi Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits
Dosen pengampu : Drs. Ikhrom, M.Ag

Disusun Oleh :
Ragil Sari Mustikaningrum                                         ( 123911089 )
Siwi Fatmawati                                                           ( 123911103 )
M. Fais Lathiful Anam                                               ( 123911120 )
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO SEMARANG
2014 




BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar belakang
Al-Qur’an dan hadits adalah warisan terbesar dari nabi Muhammad SAW. Kita sebagai umatnya, seharusnya senantiasa membaca Al-Qur’an dan mengingat hadits serta mengkaji makna yang terkandung di dalamnya. Karena jika kita mengkaji makna yang terkandung di dalamnya, maka kita akan memahami ilmu pengetahuan yang tersirat dalam Al-Qur’an dan hadits tersebut. Dengan sering mengkaji makna ayat Al-Qur’an hadits kita dilatih untuk berfikir logis dan rasional karena Al-Qur’an dan hadits menggunakan bahasa yang indah dan menakjubkan sehingga sangat diperlukan penafsiran yang lebih dalam lagi agar dapat dipahami oleh umat islam.
Konsep Al Tilawah yaitu membaca makna dari ayat-ayat Alllah, mengikutinya, membenarkan semua beritanya, melaksanakan perintahmya, menjauhi larangannya, mematuhi seluruh tuntutannya. Terampil dalam mengartikan Al-Qur’an dan Hadits, menjadi salah satu bagian dari penguasaan yang harus dimiliki peserta didik. Pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadits yang dimulai sejak usia belia diharapkan akan memberikan hasil yang lebih baik. Untuk menjembatani itu, diperlukan upaya yang serius dari guru agar anak didiknya mampu dan terampil dalam mengartikan Al-Qur’an dan Hadits dengan lancar dan benar.

   B.     Rumusan masalah
1. Apakah Desain pembelajaran mengartikan Al-Qur’an ?
2. Apakah Desain pembelajaran mengartikan Hadits ?
3. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadits ?




BAB II
PEMBAHASAN
1.      Desain pembelajaran mengartikan Al-Qur’an
Pembelajaran mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an merupakan tindak lanjut dari proses pembelajaran membaca, menulis, dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada saat murid telah mampu untuk membaca, menulis, dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dipelajari, maka selanjutnya murid dituntut untuk dapat mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. Dengan mampu mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an menjadi pintu pembuka untuk dapat memahami dan mengamalkan kandungan Al-Qur’an.
Pembelajaran mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an sangat terkait dengan kemampuan menghafal peserta didik. Hal ini disebabkan kosa kata-kosa kata dari ayat-ayat Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab kemudian dicarikan padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Sehingga ketika telah diketahui arti kata suatu kata dari ayat-ayat Al-Qur’an itu maka peserta didik harus menyimpannya dalam memori otaknya. Sebagaimana yang telah di jelaskan bahwa sistem ingatan manusia dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, sensori memori (sensory memory); kedua, ingatan jangka pendek (short term memory): ketiga, ingatan jangka panjang (long term memory)[1].
Berikut ini model pembelajaran mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an (dalam hal ini adalah surat Al-Ikhlas) yang dapat dilakukan dalam pembelajaran pada tahap ini, guru dapat mempergunakan metode :
1.      Mimicry-memorization
Min adalah singkatan mimicry atau meniru dan mem adalah memorization atau menghafal (mengingat). Model ini sering disebut Informan – Drill Method.
Ciri khusus menurut metode bahasa ini yaitu latihan mengungkapkan kosa kata, strukturkalimat dengan menirukan ucapan guru akan mudah diingat dan terbiasa bagi anak didik, karena langsung didemonstrasikan oleh anak didik. Metode ini sangat baik bagiorang yang pemula mempelajari bahasa Arab.

2.      Audiolingual
Metode Audio-Lingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaanya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak beljar (dalam hal ini bahasa Arab secara langsung) tanpa mendatang narrative language.
Dasar prosedur pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang telah ada sebelumnya yaitu metode langsung (Direct Method). Sebagaimana diketahui, penguapan (pronunciation), susunan serta aspek-aspek lain antaa bahasa asing dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa asing (dalam hal ini bahasa Arab) para siswa diharuskan mengucapkan dan atau membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa mungkin tidak terpengaruh dengan bahasa ibu.
Pengulang-pengulangan yang dilakukan lama-kelmaan akan menjadi sebuah kebiasaan (habit). Begitu juga dalam hal melafalkan kata-kata bahasa asing (bahasa Arab), jika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, siswa akan secara otomatis danrefeleks dapat melakukannya. Sehingga dalam pelaksanaannya, agar usaha tersebut dapat berjalan lancer maka diperlukan keseriusan yang baik dar guru maupun siswa.[2]

3.      Drill and practice (Latihan dan praktek)
Metode latihan yang disebut juga training, merupakan suatu cara megajar yang baik untuk menanamkan keniasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai srana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Sebagai suatau metode yang diakui, banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat disangka bahwa metode latihan mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak akan salah bila memahami karakteristik metode ini.[3]

2.      Desain pembelajaran mengartikan Hadits
Memahami arti hadits merupakan kemampuan yang sangat baik untuk dikuasai. Dengan mengetahui arti hadits secara harfiah, akan memudahkan seseorang untuk lebih memahami kandungannya sehingga dengan tulus mengamalkan kandungan hadits tersebut.
Proses kegiatan pembelajaran mengartikan hadits dapat mengikuti model kegiatan pembelajaran megartikan Al-Qur’an, sebagaimana yang telh dijelaskan di muka. Jika dalam kegiatan pembelajaran mengartikan tersebut menemukan kemampuan mengartikan secara keseluruhan, maka berikut ini adalah model pembelajaran mengartikan hadits, yang menekankan pada penguasaan makna dan kosa katanya.
Dalam pembelajaran pada tahap ini, guru dapat mempergunakan metode domontrasi atau langsung. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Tahap Persiapan
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru adalah :
1.      Merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh murid setelah proses demontrasi pembelajaran mengartikan hadits tentang hormat kepada orang tua ini berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek yakni aspek pengetahuan (knowing), aspek pelaksanaan (doing) dan aspek pembiasaan (being). Dalam aspek pengetahuan, tujuan yang hendak dicapai murid mengetahui dan memahami pentingnya kedudukan hadits bagi setiap muslim. Murid jaga mengetahui dan memahami pentingnya mengartikan hadits, khususnya hadits tentang hormat kepada orang tua. Aspek pelaksanaan pembelajaran bertujuan agar murid terampil dalam mengartikan hadits tentang hormat kepada kedua orang tua. Dan dalam aspek pembiasaan murid telah terbiasa mengartikan hadits tentang hormat kepada kedua orang tua, seperti jika ada orang yang membaca hadits tentang hormat kepada orang tua, maka murid jangan reflek, dalam hati dan fikiranya, mengartikan hadits yang diartikan oleh orang tersebut.
2.      Persiapan garis besar langkah-langkah demontrasi yang akan dilakukan yaitu sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
3.      Memprsiapkan alat bantu dalam hal ini untuk mencapai tujuan pembelajaran mengartikan hadits tentang hormat kepada orang tua.
b.      Tahap Pelaksanaan
1.      Guru mengadakan pesepsi pendahuluan dengan memberikan motivasi agar anak didik lebih bergairah dalam mengikuti belajar mengartikan hadits tentang hormat kepada orang tua. Dalam hal ini guru dapat melakuakan prates untuk mengetahui kemampuan murid terhadap materi yang diajarkan.
2.      Membagi lembaran-lembaran kertas kepada kelompok yang telah dibentuk dan kemudian menunjuk salah satu murid untuk maju dan menempelkan hadits seara berurutan. Setalah itu mintalah seorang murid untuk maju dan mengartikan hadits tentang hormat kepada orang tua.
c.       Tahap Mengakhiri
Apabila tahap pelaksanaan mengartikan hadits tentang hormat kepada orang tua telah usai dilakuakan, proses pembelajaran perlu diakhiri. Dalam tujuan pempelajaran, ini masuk dalam aspek pembiasaan (being). Penugasan dapat berbentuk mengartikan hadits hormat kepada orang tua di hadapan orang tuanya, dibuktikan dengan lembar hasil penulisan mengartikan hadits dan kartu penugasan yang ditandatangani oleh orang tua.[4]

3.      Proses evaluasi pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadits
Cara dan bentuk evaluasi proses dan hasil pembelajaran harus didasarkan pada rumusan indicator yang sudah dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
a)      Penilaian Proses
Bentuk evaluasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses pembelajaran materi menghafal Al-Qur’an dan hadits adalah dengan teknik unjuk kerja dan menggunakan daftar penilaian sebagai instrumennya untuk mengetahui seberapa lancer dan bagus hafalan siswa terhadap Al-Qur’an dan hadits. Contoh penilaian proses :
Terjemahkan surat Al-ikhlash berikut ini dengan baik dan benar !












b)     Penilaian Hasil
Bentuk evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang tepat untuk materi ini adalah Tes Obyektif dan Subyektif dengan teknik lisan atau tulis. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengartikan Al-Qur’an dan hadits serta sikap mereka setelah menguasai cara mengartikan Al-Qur’an dan hadits. Oleh karena itu dibutuhkan latihan-latihan yang bias membantu siswa untuk menguasai materi ini dengan baik.[5] Contoh penilaian hasil dengan tes tertulis dan lisan :
a.       Tes tertulis
Terjemahkan hadits tentang hormat kepada orang tua berikut ini dengan baik dan benar !

Terjemahan :

b.      Tes lisan
Tes lisan bisa dilakukan dirumah dengan bantuan orang tuaa/wali murid.
KARTU BUKTI MENGARTIKAN HADITS
Nama Siswa :
Tema Hadits :
Saya telah mampu mengartikan hadits .............................................................
Pada tanggal ................................
Tanda tangan
Orang tua,

.......................
















C.    Kesimpulan
Pembelajaran mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an merupakan tindak lanjut dari proses pembelajaran membaca, menulis, dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Pada saat murid telah mampu untuk membaca, menulis, dan menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dipelajari, maka selanjutnya murid dituntut untuk dapat mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
Berikut ini model pembelajaran mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an
1.Mimicry-memorization
2.Audiolingual
3.Drill and practice (Latihan dan praktek)
pembelajaran mengartikan hadits dapat megikuti model kegiatan pembelajarn mengartikan Al-Qur’an.
      Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a)      Tahap persiapan
Merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh murid. Persiapan garis besar langkah-langkah demontrasi yang akan dilakukan yaitu sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
b)      Tahap pelaksanaan
Guru mengadakan peresepsi pendahuluan dengan memberikan motivasi agar anak didik lebih bergairah dalam mengikuti belajar mengartikan hadits. Membagi lembaran-lembaran kertas kepada kelompok yang telah dibentuk dan kemudian menunjuk salah satu murid untuk maju dan menempelkan hadits secara berurutan. Setelah itu mintalah salah seorang murid untuk maju dan mengartikan hadits.
c)      Tahap mengakhiri
Setelah tahap pelaksanaan mengartikan hadits selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri.
Cara dan bentuk evaluasi proses dan hasil pembelajaran harus didasarkan pada
a)      Penilaian proses
b)      Penilaian hasil
D.    Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat nemambah wawasan dan khazanah pengetahuan kita semua. Aaminn.


























DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Lutfi, M.Si, 2009, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.
Djamar, Syaiful Bahari, 2010, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka.
Jill Kreper Mora,Second-Language Teaching Method, http://www.edweb.sdsu.edu, diakses pada tanggal 10 Mei 2014, pukul 14.00 WIB.



[1] Ahmad Lutfi, M.Si, Pembelajaran Al-Qur’an & Hadits,(Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009) hlm 205.
[2] Jill Kreper Mora, Second-Language Teaching Method  (http://www.edweb.sdsu.edu, diakses pada tanggal 10 Mei 2014), pukul 14.00 WIB.
[3] Syaiful Bahari Djamar, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Reinka, 2010)  hlm 15-16.
[4] Ahmad Lutfi, M.Si, Pembelajaran Al-Qur’an & Hadits, (Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009) hlm 211-214.
[5] http://iemawati.wordpress.com/2014/05/10/desain-evaluasi-bahasa-arab, pukul 15.00 WIB

(0) Comments

Leave a Response