ARTIKEL MAKUL BAHASA INDONESIA

Posted by : Unknown | Senin, 15 Desember 2014 | Published in



PEMANFAATAN SASTRA SEBAGAI BAHAN
PEMBELAJARAN DI INDONESIA
Artikel
Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliyah : Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi
Dosen Pengampu : Eva Ardiana Indrariani, S.S. M.Hum


Disusun Oleh :
M. Fais Lathiful Anam                       ( 123911120 )

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS AGAMA ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2014
PEMANFAATAN SASTRA SEBAGAI BAHAN BERBASIS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS TINGGI
I.               Latar Belakang
Pendidikan menjadi salah satu bentuk cerminan keberhasilan sebuah bangsa. Sebuah bangsa dikatakan maju apabila dari segi pendidikannya mereka telah mampu menciptakan manusia-manusia yang mampu berpikir maju. Untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan, sastra mampu berperan positif.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia yang mempunyai tujuan untuk menciptakan lulusan yang terbaik dan handal dalam menghadapi pendidikan yang ada. Ada banya pendapat yang diungkapkan para pakar ahli pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan, terlebih lagi yang sering kita dengar adalah meingkatkan mutu pendidikan dengan memberikan fasilitas sarana dan pra sarana yang memadahi di sekolah. Namun, bukan itu yang menjadi poin tertinggi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia ini. Banyak lagi yang musti harus di ketahui dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia antara lain adalah penggunaan sastra dalam pembelajaran di kelas.
II.            Rumusan Masalah
Bagaimana penggunakan sastra dalam pendidikan di Indonesia dilaksaakan?

III.         Pembahasan
Sastra menurut Sapardi, (1979: 1), Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dari pengertian tersebut, sastra dapat dikatakan sebuah gambaran kehidupan nyata. Berdasarkan teori objektif, sastra didefinisikan sebagai karya seni yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Sastra itu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu[1].
Sastra, ilmu yang dikemas dengan menarik. Ilmu yang dikemas dengan menarik ini diharapkan mampu menarik perhatian siswa. Dalam hal ini, terutama guru, harus mampu mengenalkan sastra kepada siswa. Meskipun budaya baca masih rendah, tidak ada salahnya ketika sastra hadir untuk meningkatkan budaya baca dikalangan siswa. Yang agak biasa adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra. Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Sastra sendiri mempunyai genre atau ragam. Secara garis besar genre tersebut adalah sebagai berikut : 1) Prosa, yaitu sastra yang berbentuk naratif. 2) Puisi, yaitu karangan yang mementingkan bunyi, bentuk dan diksi (pilar kata). 3) Drama, yaitu bentuk sastra naratif yang dipentaskan.
Pada pemanfaatan sastra khususnya di dunia pendidikan ini harus sering digunakan oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Hal ini patut digunakan karena sastra mampu memberikan pemahaman kepada siswa dengan seimbang dan merata di dalam kelas. Para guru profesional pun sekarang ini kurang memiliki pengetahuan atau pengalaman yang diperlukan untuk mengajar siswanya terutama dalam menggunakan sastra bahasa Indonesia[2]. Padahal pada dunia pendidikan terutama pada proses belajar mengajar di dalam kelas interaksi antara guru dan siswa ini jelas menggunakan bahasa Indonesia, namun tidak jarang beberapa guru yang memang sudah betul tahu dalam memberikan materi ke siswanya menggunakan sastra dalam pembelajaran. Sastra sendiri di pandangan orang-orang lebih bisa di terapkan di pelajaran bahasa Indonesia. Sebenarnya tidak demikian, penggunaan sastra dalam pembelajaran juga bisa di gunakan pada mata pelajaran yang lainnya[3].
 Pada observasi di MI kelas tinggi Darul Ulum kota Semarang beberapa guru sangat terkejut ketika di sodorkan judul “Pemanfaatan Sastra Sebagai Bahan Berbasis Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas Tinggi” observasi yang diadakan oleh mahasiswa PGMI khususnya saya dan teman-teman kelompok saya. Ibu Nur Khomariyah yang selaku kepala sekolah di MI Darul Ulum pun berkata “Wah... ini judul observasinya kok tinggi banget yaa mas” ketika mengetahu apa yang akan kami observasikan di MI Darul Ulum. Berati jelas sangat minim penggunaaan sastra dalam proses pembelajaran terutamanya di sekolah tingkat MI/SD.
Hasil Pengamatan
Dalam observasinya ketika berada di dalam kelas guru tidak banyak menggunakan sastra sebagai bahan pembelajaran yang memudahkan siswa untuk memahami materi. Mungkin karena minimnya pengetahuan guru dalam pengertian bagaimana cara menggunakan sastra khususnya dalam bahasa Indonesia. Di sisi lain guru lebih menggunakan bahasa sehari-hari yang memang dianggap siswa-siswanya mengerti bahasa tersebut dan dianggap lebih mudah untuk memahaminya. Memang tidak sedikit guru yang berfikiran seperti demikian, tapi alangkah lebih baiknya jika guru lebih berinovasi menggunakan sastra dlam pembelajaran yang benar-benar bisa seperti apa yang diharapkan. Karena semakin guru berani berinovasi dan menciptakan keberhasilan, murit akan menjadi lebih baik dan unggulan.
Dalam mengetahui bagaimana penggunaan sastra dalam pembelajaran ini tidak hanya guru saja yang menjadi sorotan, tapi juga para mahasiswa yang nantinya menjadi guru seperti pada jurusan PGMI dan PGSD. Karena merekalah yang nantinya menjadi penerus di dalam dunia pendidikan di Indonesia ini. Para mahasiswa pun juga harus benar-benar megerti bagaimana cara penggunaan sastra sebagai bahan pembelajara dan mengetahui dengan benar manfaat apa yang akan di dapat kala pembelajaran di dalam kelas menggunakan sastra.
Masalah dalam pendidikan memang selalu datang dan pergi seiring dengan perkembangan zaman yang memang perlu adanya perhatian khusus agar pendidikan terutama di Indonesia tidak tertinggal dengan pendidikan di luar negri. Guru pun juga perlu mengikuti adanya pelatihan untuk memberika pengajaran kepada siswanya agar tidak tertinggal[4]. Semua masalah dalam pendidikan ini memang perlu mendapat perhatian khusus.
IV.         Kritik dan Saran
Pada dasarnya pendidikan adalah suatu pekerjaan yang harus di kerjakan oleh manusia, karena dengan adanya pendidikan kita sudah di sediakan fasilitas dan tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Maka dari pada itu adanya guru dan siswa harus benar-benar berinteraksi di dalamnya, terlebih lagi bagi seorang guru yang merupakan sumber untuk para siswa mendapatkan ilmu pengetahuan. Alangkah baiknya jika dalam proses belajar mengajar guru memberikan pemahaman dan pemahaman itu sendiri bisa di serap oleh para siswanya jika siswa mengerti dengan benar bahasa yang digunakan oleh gurunya.
Guru hendaknya mengetahui tentang sastra pula untuk mengajak dan memberikan inovasi baru dalam pendidikan yang nantinya akan membawa para siswanya menjadi lulusan yang handal dan siap untuk menempuk pendidikan di tingkat yang lebih tinggi. Tidak hanya guru yang harus mengetahui tentang sastra, para pelajar terutama mahasiswa yang mempunyai jurusan pendidikan pun harus turut serta mengerti dan memahami tentang sastra. Karena mereka inilah yang nantinya akan menggantikan atau menjadi guru kedepannya. Penggunaan sastra sangatlah penting dalam memberikan fariasi dalam pendidikan yang tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih terhadap para siswa tetapi juga mengajak siswa untuk aktif dalam pemelajaran dikelas.



DAFTAR PUSTAKA
Muslich , Masnur. 2010. Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Priyatni , Endah Tri. 2010. Membaca Sastra dengan Rancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara.
Sembodo , Edy. 2009. Contekan Pintar Sastra Indonesia. Bandung: Hikmah.


[1] Edy Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia, (Bandung: Hikmah, 2009), hlm 4.
[2] Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Rancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm 20-21.
[3] Edy Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia, (Bandung: Hikmah, 2009), hlm 12-13.
[4] Masnur Muslich, Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm 7.

(0) Comments

Leave a Response