YANG
TERLAMBAT
Semua
perempuan kebanyakan mengiginkan pasangan seorang laki-laki yang tampan, cerdas
dan kreatif. Yaa mungkin Angga adalah salah satu laki-laki yang masuk ke dalam
semua kreteria itu. Angga merupakan anak dari seorang pengusaha kebun yang
sukses di desanya, dia juga merupakan mahasiswa di Universitas Negeri di
Semarang. Beberapa minggu ini Angga sedang pulang dan menikmati liburannya.
Setiap
pagi Angga selalu menyempatkan waktu untuk berjalan-jalan keliling desa sembari
menikmati kesegaran yang tak pernah di rasakan ketika berada kota tempat
kuliyahnya. Sudah dua hari ini Angga berada di desa, pada hari kedua pun pagi
harinya Angga jalan-jalan dan kali ini di temani Candra sahabatnya. Ketika itu
Angga bertemu dengan beberapa perempuan di tengah perjalanannya, dari beberapa
perempuan itu Angga terfokus dengan seorang perempan berkacamata yang
mengenakan jilbab ungu. Candra pun menyenggol Angga dan berkata “Gak perlu
sampai bengong gitu dong ngelihatnya, di kota kan banyak yang cantik-cantik”.
Angga hanya tersenyum kemudian bertanya kepada Candra “Kamu tau siapa nama perempuan
yang berkacamata tadi?”. “Hahaha, nanti kamu juga akan mengetahuinya sendiri”
jawab Candra. Dua sahabat ini melanjutkan perjalanannya pagi itu.
Sore
ini Angga di minta oleh pengurus masjid utuk menjadi guru ngaji di masjid,
dikarenakan ustadz yang biasanya mengajar sedang menunaikan ibadah haji. Semua
orang tau kalau Angga adalah lulusan pondok pesantren ternama sebelum
melanjutkan ke Universitas. Angga mulai mencari pakaian yang cocok untuk
mengajar sore ini, setelah mendapatkan yang cocok Angga bergegas menuju ke
masjid.
Sesampainya
di masjid Angga duduk dan menunggu kedatangan murid-muridnya. Beberapa guru
pengajar juga sudah mulai datang. Terdengar suara perempuan mengucapkan salam
“Assalamu’alaikum” dari luar pintu masjid. Semua guru dan murid pun menjawab
salam tersebut. Mulailah terlihat paras seorang perempuan yang mengucapkan
salam. “Asiik ustadzah Dinda sudah datang” ucap beberapa murid. Angga pun
lagi-lagi terpana dengannya karena perempuan yang menjadi ustadzah itu adalah
perempuan berkacamata yang Angga lihat pada pagi hari. Belajar mengaji lalu di mulai karena semua
telah hadir di masjid.
Matahari
mulai tenggelam awan berubah warna menjadi kemerahan yang menunjukkan waktu
petang telah datang. Murid-murid mulai beranjak dari tempat belajar menuju
rumah mereka masing-masing. Para pengajar juga mulai kembali ke tempat
tinggalnya. Namun, Angga tidak langsung pulang karena dia menyempatkan diri
untuk merapikan masjid yang telah digunakan belajar mengaji. Selesai merapikan
Angga langsung keluar masjid untuk pulang. Terlihat seorang perempuan masih
berdiri di depan masjid yang ternyata adalah Dinda. “Kenapa Dinda belum
pulang?” tanya Angga. “Ini nungguin adikku menjemput, tapi belum datang-datang”
jawab Dinda. Angga memutuskan untuk menemani Dinda menunggu adiknya menjemput.
Waktu terus berlalu hingga 30 menit lamanya, Angga memutuskan untuk
mengantarkan Dinda pulang. Dinda menyetujui ajakan Angga.
Malam
mulai datang awan merah juga mulai menghilang. Yang saat itu membuat pikiran
Angga tak karuan, Angga jadi kepikiran dengan paras Dinda. Semakin mencoba
memaksa pikiranya untuk tak memikirkannya, namun pikiran itu malah semakin kuat
menjadi. Terdengar dering hp Angga yang soknak membuyarkan pikirannya tentang
Dinda. Terdapat pesan baru di hp Angga dengan nomer baru yang belum di
ketahuinya. Tertulis pesan singkat “Teriamakasih untuk tadi sore Angga”. Rasa
penasaran menghampiri perasaan Angga, dan membalas pesan itu agar tau siapa
yang mengirim pesan itu kepadanya. Beberapa menit kemudian hp berdering kembali
dengan terdapatnya pesan balasan. Yang seketika itu Angga mengetahui bahwa yang
mengirim SMS kepadanya adalah Dinda.
Perasaan
bahagia menghampiri perasaaanya, saat ini di ketahuinya bahwa orang yang sempat
dipikirkannya tadi menghampirinya lewat pesan singkat SMS. Berawan dari pesan
“terimakasih” percakapan menjadi lebih panjang dan saling berbalas pesan hingga
tak terasa waktu mulai menginjak tengah malam. Angga mengakhiri percakapan
lewat pesan ini dengan ucapan “sudah dulu yaa.. sudah malam ini, lebih baik
tidur”. Mulaiah Angga tetidur dengan harapan pertemuan dengan Dinda di keesokan
hari.
********
Hari-hari
setiap sore selalu diisi dengan mengajari anak-anak, yang selepas mengajar
Angga dan Dinda selalu pulang bersama sambil bercengkrama yang membuat mereka semakin
akrab. Suatu hari ketika Angga berjalan mengelilingi desa dan ditengah-tengah perjalanan
Angga melihat pengumuman acara pengajian akbar di desanaya. Angga mendekati
pengumuman itu dan membacanya. Angga berencana mengajak Dinda untuk menghadiri
acara pengajian berama. Sesampai di rumah Angga mencari Hp miliknya dan menulis
beberapa kata untuk di kirim ke Dinda. Selesailah tertulis kata-kata ajakan ke
Dinda, Angga pun mengirim dan menunggu balasan dari Dinda. Lama juga Angga
menunggu balasan dari Dinda, tak seperti biasanya Angga menunggu balasan dari
Dinda. Saking lamanya menunggu Angga pun tertidur lelap.
Hp
berdering hingga mampu membangunkan Angga, Angga duduk di ranjangnya sambil
melihat pesan yang masuk. Harapan menerima ajakan Dinda sangat besar hingga
Angga tidak mau berfikir akan penolakan. Mulai dilihat balasan dari Dinda, dan
ternyata apa yang tidak terduga-duga terbaca oleh Angga. “Maaf, aku ada
kegiatan sendiri pada hari itu. Jadi tidak bisa pergi bersama”. Angga pun
merasa agak kecewa karena apa yang dibayangkanya tidak seperti pada
kenyataannya.
Pada
malam hari acara pengajian Angga tetep berangkat meski sendirian, ditatalah
niat untuk mencari bekal di akhirat. Angga mulai keluar rumah dan berjalan
menuju ke tempat pengajian. Sesampainya di tempat pengajian Angga berhenti dan
melihat sekitar sembari menunggu kedatangan orang-orang yang karena saat itu
masih belum banyak yang datang. Beberapa menit kemudian sudah banyak yang
berdatangan baik dengan kawan-kawan, keluarga, dan tak jarang juga ada yang
berpasangan. Mungkin mereka sudah menikah, pikir Angga yang tidak mau bersu’udhan
ke orang-orang. Angga mulai berjalan merapat ke kerumunan para jamaah
pengajian. Tiba-tiba Angga melihat sosok perempuan yang ia kenal di barisan
depan, yang rupanya perempuan itu adalah Dinda yang sedang bersama seorang
laki-laki.
Angga
penasaran dan mulai mendekat dangan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Dinda”.
“Wa’alaikumussalam..” jawab Dinda sambil menundukkan wajah. Terlihat wajah
Dinda agak terkejut saat itu. “Lho.. kok ada di sini kamu?” tanya Angga. Dinda
masih menunduk dan menjawab “Iyaa, aku datang karena tunanganku ini mengajakku.
Aku belajar mengikuti dan menghormatinya sebelum menjadi istrinya”. Sontak
Angga terdiam karena Dinda tidak pernah bercerita tentang ini sebelumnya. Angga
pun merasa kecewa dan patah hati. “Wahh selamat yaa mas, anda mendapatkan
perempuan
Angga
langsung berpamitan dan kembali ke kerumunan jamaah pengajian. Angga merasa
tenggelam dalam kekecewaan. Namun, lantunan sholawat dan bacaan ayat suci
Al-Qur’an memberikan ketenangan di hatinya hingga malam selesai.
By : Iful Muhammad
(0) Comments
Leave a Response